MENYIKAPI CUACA PANAS DI TENGAH-TENGAH KEPADATAN KOTA

Barangkali berita di surat-surat kabar tentang peringatan meningkatnya suhu panas akhir-akhir ini dapat dikatakan akurat. Masalahnya kemudian, langkah apa yang harus anda tempuh sebagai siswa ketika harus berdesak-desakan diangkutan umum sekembalinya anda pulang sekolah di siang hari. Secara fisik ancaman panas ini paling-paling membuat kulit muka anda seperti terbakar, kehitam-hitaman. Tetapi keadaannya menjadi lebih buruk lagi, ketika padatnya lalu lintas di jalanan menyebabkan lambatnya mobil angkutan itu membawa anda menuju arah rumah anda. Belum lagi kalau kebetulan anda harus terjebak di dalam kendaraan yang sedang penuh sesak oleh penumpang. Kalau boleh kami memberikan usulan, fenomena panas ini sebaiknya disikapi dengan pola kehidupan baru. Seperti misalnya berani membawa payung kecil . Cara semacam ini memang dianggap memalukan karea selama ini hampir tidak ada ceritanya seorang siswa berjalan diterik matahari membawa payung. Sungguhpun itu layak dilakukan. Namun bagi pelajar, cara itu tetap saja dianggap terlalu norak, sehingga mereka lebih suka membiarkan saja terik matahari membakar tubuhnya. Tetapi itu kalau kondisi panas masih di bawah normal, dan panas yang ditimbulkannya masih bisa ditolelir. Tapi bagaimana dengan perubahan fenomena alam seperti sekarang ini. Karena itu tidak ada salahnya kalau ada diantara anda membuat gebrakan baru. Pelajar pulang sekolah membawa payung. Bukan karena hujan tetapi kali ini karena kondisi panasnya yang luar biasa. Kebiasaan baru kedua adalah lebih menggalakkan diri membawa sapu tangan penutup muka yang sekaligus bisa melindungi muka dari sengatan matahari. Pokoknya anda perlu membuat terobosan yang kreatif agar betapun perubahan panas di bumi ini akibat pemanasan global, sama sekali tidak membuat kepala anda menjadi pusing dan pada gilirannya jangan sampai mengganggu aktivitas berfikir anda di sekolah.